Senin, 27 Februari 2012


Menyulap Sampah
Kamis, 15 December 2011 00:00

Oleh: Andi Wim Ansharullah dan Muhammad Syariffudin Zhein, Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII)

Tak hanya di perkotaan, kini di pedesaan pun sampah menjadi masalah yang krusial. Masyarakat kita masih belum menyadari akan arti penting lingkungan sekitar. Mereka tidak peduli atau mungkin saja tidak tahu bagaimana nasib generasi yang akan datang bila terus menghasilkan sampah tanpa dikelola dengan baik.
Contoh bisa dilihat di Pasar Pujabahari atau Tos 3000 Batam. Disana akan kita temui sampah menggunung di sudut-sudut pasar yang dibiarkan begitu saja. Sampah-sampah tersebut kemudian menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya, muncul aroma yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak untuk di lihat. Padahal sampah – sampah itu bila diolah dengan sedikit kreativitas dan kerja keras akan kaya manfaat serta menghasilkan uang yang tidak sedikit. Salah satunya, sampah bisa diolah menjadi berbagai souvenir atau aksesoris yang bernilai jual.



Meningkatnya jumlah penduduk dalam ruang hidup yang konstan, tingginya gaya hidup serta kurangnya Iptek dan Imtak merupakan faktor-faktor yang menyebabkan volume sampah yang di hasilkan kian hari kian bertambah. Mengutip dari buku Teti Suryati yang berjudul Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah, “Menurut data Dinas Kebersihan DKI Jakarta (2007), setiap orang rata-rata menghasilkan 1-2 kg sampah setiap hari. Jika penduduk Indonesia 200 juta orang, jumlah sampah yang menumpuk setiap hari mencapai 400.000 ton dan 60% diantaranya adalah sampah rumah tangga. Sampah kita. Jika sampah sebanyak itu tidak dikelola dengan benar, masalah lingkungan seperti banjir, polusi tanah, air dan udara serta berbagai penyakit tak pelak segera menyambangi kita.” (Suryati, 2009:12)

Problema sampah ini harus segera ditanggapi dengan cepat dan serius agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang lebih kompleks di kemudian hari. Dan tentunya pengolahan sampah bukanlah pekerjaan rumah pemerintah saja, namun juga perlu dukungan dari setiap lapisan masyarakat.
Sampah, menurut definisi (WHO), adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Sampah berdasarkan sifatnya terbagi atas dua jenis, yakni sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah jenis sampah yang mudah terurai. Sampah jenis ini mencapai 60-70% dari total volume sampah yang ada di Indonesia. Sampah organik ini pun terbagi atas dua macam, yaitu, a) Sampah organik basah, sampah yang mempunyai kandungan air yang tinggi, misalnya buah dan sayuran. b) Sampah organik kering, Sampah yang mempunyai kandungan air yang sedikit di banding sampah organik basah, misalnya kertas, ranting pohon dan dedaunan

Sebaliknya, sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah terurai, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.

Kebiasaan dan perilaku masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah perlu segera diperbaiki. Selama ini masyarakat membuang begitu saja sampah ke tempat-tempat sampah lalu menyerahkan urusannya ke petugas kebersihan dan menganggap urusan selesai sampai disitu saja. Padahal dengan terus menggunungnya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menjadi problem tersendiri, yakni problem kesehatan, pencemaran dan keindahan lingkungan.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang, sebelum membuang sampah kita perlu melakukan 4M (Memilah, Menghemat, Memakai ulang dan Mendaur ulang). Dengan memilah sampah, baik dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik ataupun dengan lebih spesifik memisahkan antara sampah plastik, kertas, kaleng, dan kaca akan membuat kita lebih sadar akan jumlah sampah yang kita hasilkan setiap hari dan tentunya juga memudahkan pengolahan sampah di tahap selanjutnya.
Tak hanya uang yang perlu dihemat namun demikian juga sampah. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, contohnya belanja di supermarket dalam jumlah yang besar sekaligus, sehingga akan menghemat jumlah plastik yang digunakan. Atau bisa juga dengan membawa tas kain saat berbelanja agar tidak perlu lagi menggunakan tas plastik.

Tak jauh berbeda dengan contoh dalam menghemat sampah, memakai ulang bisa dilakukan dengan menggunakan kembali plastik belanjaan dari supermarket menjadi plastik sebagai kantong sampah. Yang terakhir, dengan mendaur ulang sampah menjadi bahan baku dari suatu produk akan mengurangi pemakaian sumber daya alam yang semakin lama semakin menipis kuantitasnya dan tentunya juga bisa mengisi pundi-pundi uang kita.

Terdapat berbagai macam cara pengolahan sampah organik maupun anorganik yang dapat menghasilkan uang. Khusus pengolahan sampah organik, yang akan dibahas oleh penulis di artikel ini hanyalah kompos dan kerajinan tangan. Keuntungan dari pengolahan sampah organik menjadi kompos tak hanya untuk mengurangi jumlah sampah dan menjaga kebersihan lingkungan saja, tetapi juga dapat menyediakan lapangan pekerjaan, menyediakan pupuk organik berkualitas tinggi kepada para petani dengan harga terjangkau, menanggulangi kelangkaan pupuk dan lahan kritis, mencegah pemanasan global dan mendukung terciptanya ketahanan pangan nasional berbasiskan pertanian organik.

Berikut akan dijabarkan salah satu cara mudah membuat kompos dengan hanya menggunakan lahan terbatas yang penulis kutip dari alamendah.wordpress.com, a, sediakan drum atau sejenisnya.

b. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari sampah. c. Tanam drum dengan kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah. d. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari.e. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala.f. Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan untuk meningkatkan kualitas kompos.g. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama tiga bulan.
h. Keluarkan isi drum dan angin-anginkan selama 2 minggu. Kompos sudah dapat digunakan.

Selain dijadikan kompos, sampah organik juga dapat dijadikan berbagai kerajinan tangan. Dengan menggunakan bahan organik sisa hasil industri pertanian misalnya, kita dapat mengolah kulit jagung menjadi bunga hiasan rumah juga batok kelapa dan eceng gondok menjadi tas. Banyak pula kerajinan tangan yang bisa dihasilkan dengan menggunakan kulit kerang atau kulit ikan, semuanya tergantung kreativitas dari masing-masing orang.

Selanjutnya, untuk sampah-sampah anorganik juga bisa diolah menjadi suatu produk yang bernilai jual.
“Ya, sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi beragam kebutuhan, mulai dari aneka kerajinan hingga beragam produk yang bernilai tinggi. Misalnya, ban bekas bisa dijadikan bahan dasar sandal jepit, alumunium foil bisa digunakan sebagai bahand asar tas, kaleng bekas dengan sedikit polesan bisa menjadi celengan, hingga sebuah miniature pesawat yang super cantik.” (Aminah, 2009:12)

Sebagai tambahan, kini di Indonesia telah dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). PLTSa didefinisikan sebagai "pemusnah sampah" (Incinerator) modern yang dilengkapi peralatan kendali pembakaran serta sistem monitor emisi gas buang yang kontinyu dan dapat menghasilkan energi listrik. Dan ternyata teknik pengolahan sampah menjadi energy listrik menggunakan prinsip yang sangat sederhana, seperti yang ditulis dalam blog isidunia.com, 1. Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal). 2. Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan boiler. 3. Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin. 4. Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros. 5. Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan kerumah – rumah atau ke pabrik.

Terbukti dengan kreativitas dan kerja keras, masalah-masalah sampah di Negara kita bisa diatasi, bahkan lebih dari itu, kita juga dapat memperoleh tambahan penghasilan dari sampah. Maka dari itu, marilah mulai sekarang kita olah sampah-sampah disekitar kita agar bisa menjadi lebih dari sekedar sampah, untuk bumi yang lebih baik. Karena sampah merupakan tanggung jawab kita bersama.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar