Senin, 12 Desember 2011
MENAIKKAN KUALITAS GARAM DAPUR
Oleh :
Muhammad Syariffudin Zhein
(NIM:11513076)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
2011
MENAIKKAN KUALITAS GARAM DAPUR
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan zaman, pembangunan di segala bidang makin harus diperhatikan. Salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah dengan pembangunan industri, termasuk diantaranya adalah indutri kimia, baik yang menghasilkan suatu produk jadi maupun produk antara untuk diolah lebih lanjut. Pembangunan industri kimia yang menghasilkan produk antara ini sangat penting, karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar negeri, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi pengeluaran devisa untuk mengimpor bahan tersebut, termasuk diantranya garam dapur. Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalm usaha meningkatjan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsiumdan magnesium kurang) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam industri. Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garm industri. Karena kualitas yang dihasilkan masih belum memenuhi standar yang disebabkan masih banyak pengotor-pengotor yang larut dalam garam. Pengotor-pengotor tersebut pada umumnya merupakan ion-ion Ca2+, (0.35%), Mg2+ (0.3%), dll. Yang merupakan komposisi alami dari air laut. Sedangkan kadar air pada garam petani sekitar 10%, padahal persyaratan pada industri berkisar pada batas maksimal 0.5%. Pembuatan garam dapat dilakukan dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl nya sebagai unsur utama garam. Untuk memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Hal tersebut dapat dicapai dengan meningkatkanb kualitas garam dengan cara pencucian. Sebagai hasilnya diperoleh garam yang sudah bersih tetapi masih basah. Oleh karena itu diperlukan proses pengeringan dengan memanfaatkan panas matahari. Kemudian perlu juga dilakukan suatu proses pengendapan untuk memisahkan pengotor-pengotor tadi dengan garam. Kualitas garam yang dihasilkanpun sangat baik yaitu mempunyai kadar keasinan sekitar 96% s.d. 98%. Dan harga jualnya pun akan meningkat. Tetapi, kebanyakan dari para petani garam, mereka tidak menggunakan proses pengendapan terlebih dahulu. Sehingga kadar keasinannya pun hanya berkisar 30-40%. Harga jualnya pun murah hanya berkisar Rp 325/kg. Jenis garam pun dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti: kategori baik sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar NaCl 90-95%, dan sedang kadar NaCl antara 80-90% tetapi yang diutamakan adalah yang kandungan garamnya di atas 95%. Garam industri dengan kadar NaCl >95% yaitu sekitar 1.200.000 ton sampai saat ini seluruhnya masih di impor, hal ini dapat dihindari mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan.
B. Metodologi
Metode dalam proses pembuatan garam dapur dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Pengeringan Lahan
b. Pengolahan air peminihan
c. Pengelolaan air tanah
d. Proses Kristalisasi
e. Proses Pemungutan
f. Proses Pencucian/ Penghilangan impuritis
Pada proses pengkristalan apabila seluruh zat yang terkandung diendapkan/ dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses Kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”. Untuk mengurangi impuritis dalam garam dapat dilakukan dengan kombinasi dari proses pencucian dan pelarutan cepat pada saat pembuatan garam. Sedangkan penghilangan impuritis dari produk garam dapat dilakukan dengan proses kimia, yaitu mereaksikannya dengan Na2CO3 dan NaOH sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan Mg(OH)2. Setelah proses pencucian selesai akan didapat garam dengan kadar NaCl yang tinggi dan rendah impuritas. Garam dengan kadar NaCl yang tinggi ini kemudian akan ditambahi larutan (KlO3) dengan perbandingan tertentu. Salah satu pemberian/ penambahan KlO3 ke garam adalah dengan cara spray mixing system.
Larutan KlO3 akan disemprotkan ke kristal NaCl, alat yang biasa digunakan dalam proses penyemprotan KlO3 adalah belt conveyor, screw conveyor, mesin dengan piring berputar. Selain itu untuk memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu padatan yang umum digunakan adalah rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Terdapat beberapa definisi tentang rekristalisai yaitu:
1. Suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk didalamnya
2. Perubahan struktur kristal akibat pemanasan pada suhu kritis
3. Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbuhnya inti dengan pemanasan.
Metode ini pada dasarnya mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan yang lain yang hanya melarutkan zat-zat pengotornya saja. Pemurnian demikian ini banyak dilakukan pada industri-industri (kimia) maupun laboratorium untuk meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan. Impuritis pada garam meliputi senyawa yang bersifat higroskopis yaitu MgCl2, CaCl2, MgSO4, dan CaSO4, dan beberapa zat yang bersifat reduktor yaitu Fe, Cu, Zn dab senyawa-senyawa organik. Impuritis-impuritis tersebut dapat bereaksi dengan ion hidroksil (OH-) sehingga, terutama membentuk endapan putih Ca(OH)2 dan Mg(OH)2. Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reksi pengendapan. Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar kedalam larutanya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangklutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya. Persyaratan suatu pelarut yang baik untuk dipakai dalam proses rekristalisasi, antara lain yaitu:
1. Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat yang akan dimurnikan dengan pengotornya.
2. Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan suatu fungsi temperature, umumnya menurun dengan menurunnya temperature.
3. Mudah dipisahkan dari kristalnya.
4. Tidak meninggalkan zat pengotor di dalam kristal zat yang dimurnuikan.
5. Besifat inert terhadap zat yang dimurnikan.
Garam dapur mengandung komponen utama Natrium Klorida dengan berbagai pengotor yang umum yaitu ion-ion, Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42+, I-, Br-, yang kesemuanya mudah larut dalam air. Untuk memperoleh NaCl dengan kemurnian tinggi dari garam dapur maka dapat ditempuh dengan metode kristalisasi dengan pelarutnya adalah air. Namun untuk melenyapkan/ mengurangi kehadiran ion-ion tertentu yang mampu mengikat ion-ion pengotor menjadi senyawa-senyawa yang kelarutannya dalam air menjadi sangat rendah, sehingga dapat dipisahkan melalui penyaringan sebeluimnya. Tetapi perlu juga untuk diingat, bahwa dalam proses pembuatanya juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam, yaitu:
1. Air laut
Mutu air laut terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
2. Keadaan cuaca
3. Tanah
4. Pengaruh air
5. Cara pungutan garam
6. Ait bittern
Air bitterb adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar Mg dala hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan kristal NaCl.
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan pada proses menaikkan kemurnian kualitas garam adalah dihasilkannya kualitas garam yang mempunyai nilai kemurnian mencapai sempurna 99%. Sehingga dapat menekan harga ekonomis dari garam tersebut, yang nantinya harapan kedepannya dapat menyejahterakan para petani garam. Selain itu , pengetahuan dari para petani tentang bagai mana mengolah/ membuat garam yang berkualitas tinggi harus segera di relisasikan kepada para petani melalui penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah. Agar kedepannya pemerintaj tidak lagi mengimpor garam dari luar hanya karena alasan belum masa panen. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-kepulauan yang notabenennya pasti kaya akan laut. Seharusnya kelebihan seperti ini harus di manfaatkan sebaik mungkin.
Langganan:
Postingan (Atom)